Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Amerika dan Sri Lanka menemukan bahwa manusia telah mengkonsumsi 73% sumber daya alam daripada yang bisa diproduksi oleh bumi di dalam satu tahun.Tanpa pembangunan berkelanjutan yang membutuhkan kesadaran lingkungan dan perilaku ramah lingkungan, cepat atau lambat krisis dapat terjadi.
Agama bisa menjadi sumber solusi yang membawa masa depan yang lebih baik bagi manusia dan populasi lain di bumi. Etika agama yang mendukung kepedulian pada lingkungan penting dioptimalkan. Komunitas lintas agama dalam hal ini sangat potensial untuk bekerja bersama dari sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan sembari memperkuat kehidupan bersama lintas iman.
Tanggal 29 Mei 2021 lalu di Kampoeng Percik Salatiga, Sobat Muda Lintas Iman mengadakan halal bi halal lintas iman sekaligus belajar bersama mengenai Permablitz, sebuah gerakan lingkungan globalyang telah eksis di Yogyakarta. Forum itu dihadiri oleh 17 orang peserta yang terdiri dari anak muda Kristen, Katolik, dan Muslim serta para pengelola ‘Sapoe Sodo’, sebuah Unit Kewirausahaan Sosial milik Lembaga Percik yang tengah mengembangkan bisnis berbasis nuansa alam. Edwin Maulana, seorang fasilitator Permablitz, berbagi pengalamannya selama mendampingi berbagai komunitas dalam melaksanakan Permablitz di Yogyakarta.
Edwin Maulana mengatakan bahwa Permablitz berangkat dari gagasan pentingnyamembangun kesadaran untuk hidup selaras dengan alam mengingat polusi yang merebak dan kondisi lahan yang semakin memburuk. Edwin juga menjelaskan, “Perma diambil darikata “permaculture,” sebuah sistem yang menyelaraskan pola kegiatan dan kebutuhanmanusia dengan lingkungan sekitarnya, demi menciptakan lingkup-lingkup kehidupan yangsaling mendukung secara berkelanjutan. “Blitz,” seperti lampu kilat pada kamera,menunjukkan betapa singkat kegiatan ini berlangsung — biasanya satu hari.”
Mereka yang terlibat dalam Permablitz bergerak bersama untuk mengembalikan keseimbangan alam dengan cara meningkatkan produktivitas lahan sehingga menjadi sumber pangan sehat. Tidak hanya itu, gerakan berbasis kerja bersama ini juga telah mempererat kohesi sosial di antara para penggeraknya. Sebagian besar peserta forum halal bi halal dan belajar bersama mengatakan cukup terinspirasi Gerakan Permablitz. Di penghujung acara, mereka berdiskusi rencana tindak lanjut dari forum ini, sehingga sepakat untuk membuat gerakan lingkungan di Salatiga yang senada dengan Permablitz dan berbasis lintas iman (green interfaith). Gerakan ini akan diawali dan dipraktekkan bersama di Kampoeng Percik Salatiga untuk selanjutnya diharapkan bisa diterapkan di komunitas masing-masing. (yan & amb)