Oleh: Muhammad Nabil Fadhila
Minggu, 11 Agustus 2019, anak-anak KBQT mengikuti sebuah acara yang asyik. Lokasinya di Kampung Percik Terusan, Jl. Patimura KM. 1, Salatiga, Sidorejo, Salatiga. Acara ini digelar untuk mempererat hubungan silaturahmi, mempersatukan seluruh sobat muda di Salatiga dari berbagai komunitas dan kalangan. Seperti Sobat Muda Remaja, Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah, Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat, dan masih banyak lagi. Dari KBQT sendiri diwakili oleh Ridho, Nanda, Dinar, Tranggo, Kharina, saya, serta didampingi Mbak Dewi dan Mbak Muna.
Suasana berlangsung santai, ramai, dan asyik. Kami dijamu dengan banyak sekali makanan dari awal hingga penutupan. Kami bertemu dan berkenalan dengan teman-teman baru dari berbagai kalangan dan komunitas yang berbeda. Kami juga berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di Salatiga. Utamanya ke dua tempat tertua di Salatiga, yaitu Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Tamansari dan Masjid Damarjati.
GPIB yang terletak di Jalan Jendral Sudirman Nomor 1 Kota Salatiga dibangun pada tahun 1823. Waktu itu GPIB masih mengekor pada Gereja Ambarawa, sehingga pendetanya merupakan kiriman dari sana. Lalu pada tahun 1956, GPIB resmi berdiri tanpa mengekor pada gereja lain. Uniknya, banyak bagian bangunan yang masih murni, mungkin hanya sedikit yang diganti ataupun ditambal seperti atap dan lantai.
Masjid Damarjati dibangun tiga tahun setelah GPIB berdiri, 1826, oleh Ki Ronosetiko, salah satu laskar Pangeran Diponegoro, yang dibantu oleh Kiai Damarjati. Masjid inilah yang menjadi cikal bakal penyebaran Islam di Kota Salatiga. Masjid Damarjati telah mengalami renovasi beberapa kali. Dalam salah satu renovasi dibuat prasasti yang berisi sekelumit sejarah dibangunnya Masjid Damarjati dan orang-orang yang berjasa membangun kembali masjid yang hampir runtuh itu. Bangunan peribadatan yang sudah berusia 190 tahun tersebut hingga sekarang masih berfungsi meski berhimpitan dengan rumah warga. Walikota Salatiga dan putranya bila tidak memiliki jadwal dinas di luar kota kerap menunaikan Sholat Jumat di masjid tersebut.
Melalui acara di Kampung Percik ini kami belajar tentang banyak hal, terutama persahabatan dan kerukunan. Serta pentingnya menjaga bukti-bukti sejarah agar bisa dikenang dan dipelajari generasi muda mendatang. [Elalang]
Artikel: Nabil (Rainbow)
Foto: Dinar (El-Farabi)
Sumber: http://www.kbqt.org/2019/09/memupuk-persahabatan-di-kampung-percik.html