Penanaman 3.000 Bibit Mangrove & Penyerahan Pompa Air Komunitas Keling Wonoagung

Desa Wonoagung, Minggu 21 September 2025

Minggu pagi, 21 September 2025, suasana Desa Wonoagung terasa berbeda. Sejak pukul sembilan pagi, halaman pesisir desa mulai dipenuhi oleh warga, relawan, serta tamu undangan yang datang dari berbagai instansi pemerintah maupun lembaga mitra. Hari itu, Komunitas Edukasi Lingkungan (KELING) menggelar kegiatan penanaman 3.000 bibit mangrove, bagian dari rangkaian program Community Resilience Grant (CRG) yang didukung oleh konsorsium RACPA.

Acara diawali dengan registrasi peserta, doa bersama, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kehadiran berbagai pihak menjadikan kegiatan ini terasa istimewa. Bupati Demak, yang diwakili oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Demak, Mulyanto, AP, M.Si, M.H., menyampaikan sambutan yang penuh apresiasi. Ia menegaskan bahwa inisiatif warga Wonoagung melalui KELING adalah langkah nyata dalam merawat pesisir sekaligus memperkuat ketahanan desa menghadapi dampak perubahan iklim.

Dukungan juga datang dari Percik Salatiga sebagai perwakilan RACPA Indonesia. Dalam sambutan lembaga Percik, Damar Waskitojati, menekankan bahwa gerakan edukasi lingkungan yang tumbuh dari masyarakat merupakan pondasi penting bagi terciptanya komunitas pesisir yang tangguh. Hal senada disampaikan oleh perwakilan JRS Asia Pacific, Louie Bacomo dan Manisaree Saroj, yang hadir langsung di lokasi. Mereka menyambut gembira lahirnya KELING sebagai gerakan warga, seraya menegaskan bahwa kolaborasi antara komunitas lokal dan berbagai pihak adalah modal berharga untuk menghadapi krisis iklim global.

Sementara itu, Ketua KELING, Syafi’i, menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung. Ia menekankan bahwa KELING akan terus menjadi wadah belajar dan bergerak bersama warga untuk menjaga lingkungan. Kehadiran perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan, serta Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah semakin memperkuat makna acara ini, menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan di Wonoagung mendapat perhatian luas dari berbagai sektor.

Setelah sambutan, seluruh peserta bergerak menuju kawasan pesisir untuk menanam mangrove. Anak-anak, perempuan, hingga orang tua, semua larut dalam suasana gotong-royong. Setiap bibit mangrove yang ditanam bukan hanya simbol perlawanan terhadap abrasi, tetapi juga harapan akan masa depan pesisir yang lebih hijau dan berkelanjutan. Di sela acara, diserahkan pula sebuah pompa air untuk membantu warga menghadapi banjir rob yang kerap melanda desa.

Menariknya, setelah penanaman selesai, tercipta ruang dialog yang bermakna antara Dinas Kehutanan Wilayah II Jawa Tengah dan komunitas KELING. Diskusi yang berlangsung santai ini menyinggung potensi pemanfaatan mangrove tidak hanya sebagai pelindung ekosistem, tetapi juga sebagai sumber ekonomi. Kehadiran ibu-ibu KELING membuat dialog semakin hidup, dengan munculnya ide-ide kreatif seperti pembuatan sirup, kopi, hingga keripik berbahan mangrove. Menanggapi hal ini, Dinas Kehutanan berkomitmen untuk mendampingi KELING, mulai dari pelatihan, penyediaan alat, hingga membantu pemasaran produk. Bahkan, mereka berjanji akan menghubungkan KELING dengan dinas lain yang memiliki program penguatan masyarakat.

Kegiatan hari itu ditutup dengan refleksi singkat bersama. Raut wajah warga memancarkan kebanggaan, bukan hanya karena berhasil menanam ribuan bibit mangrove, tetapi juga karena tumbuh keyakinan bahwa Wonoagung mampu menghadapi tantangan perubahan iklim dengan semangat kebersamaan. Dukungan pemerintah, berbagai pihak, dan semangat komunitas lokal menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mewujudkan pesisir yang tangguh, hijau, dan berkelanjutan. AWA

Tentang Penulis

Berita lainnya