Sobat Anak merupakan sebuah gerakan lintas iman anak yang dinisiasi oleh Lembaga Percik- Salatiga bersama dengan komunitas-komunitas lintas agama dan kultural yang ada di sekitar Salatiga. Pada hari Minggu, 15 Desember 2019 Sobat Anak kembali menyelenggarakan kegiatan di Kampoeng Percik dengan tema “Aku dan Kamu adalah Saudara.”
Kegiatan ini merupakan suatu momen untuk memfasilitasi perjumpaan anak-anak dari berbagai komunitas yang berlatarbelakang agama dan keyakinan yang berbeda. Kegiatan ini bertujuan untuk mendidik anak bahwa Indonesia adalah negara yang pluralis. Dalam kegiatan kali ini anak-anak dapat berjumpa, melebur dan saling menghargai antar umat beragama yang dibarengi dengan berbagai kegiatan kreatif anak seperti bermain, belajar, dan membangun persaudaraan serta kebersamaan dalam kalangan anak tersebut.
Sebanyak 81 anak dan 27 pendamping Sobat Anak yang hadir mengikuti kegiatan ini yang berasal dari Komunitas Gereja Katolik Kristus Raja, Gereja Katolik Paulus Miki, TPA Muslim Ahmadiyah, Komunitas Desa Niten, Komunitas Budha Desa Deplongan, TPA Desa Padaan, TBB Ponpes Edi Mancoro, Sekolah Talenta (ABK), Komunitas Anak Desa Canden, dan Komunitas Lembaga Percik. Acara utama yang digelar di Kampoeng Percik adalah menonton film bersama dengan judul “Budi Pekerti” dan “Sepatu Rusak”, kemudian mendiskusikannya dalam sebuah kelompok. Dari hasil diskusi kelompok, mereka dapat belajar dan mengambil pesan film tersebut untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang terkandung dalam kedua film itu, antara lain sikap jujur, saling menghargai, dan tolong menolong. Keceriaan anak-anak tampak selama mengikuti acara ini. Tawa dan kegembiraan anak-anak terpancar di sela-sela permainan yang telah disiapkan. Kegiatan ini juga menjadi sarana bagi anak-anak untuk mengenal teman-teman dari komunitas yang berbeda. Yang pada akhirnya mengajarkan anak-anak untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada.
Sebelumnya, kegiatan Sobat Anak juga sudah pernah diadakan, seperti buka puasa bersama, mengunjungi tempat ibadah agama-agama yang ada di Kota Salatiga dan sekitarnya, kemudian pengenalan kepada anak tentang sejarah kota Salatiga dan bangunan-bangunan tua bersejarah. Kegiatan ini disambut baik oleh para pendamping, karena kegiatan seperti ini dapat menumbuhkan rasa toleransi yang tinggi dalam kehidupan anak. Menurut seorang pendamping yaitu Grita mahasiswa Universitas Gadjah Mada-Yogyakarta yang sedang magang di Lembaga Percik, kegiatan seperti ini perlu dilakukan secara berulang-ulang dan bertahap supaya pengalaman anak dapat berkembang menuju pola pemikiran yang dewasa dan sadar akan toleransi. Ia juga sangat mengapresiasi perjumpaan anak dalam lintas iman, yang menurutnya kegiatan seperti ini sangat jarang ditemuinya. [ditulis oleh : Togi Siahaan dan Fitri Simarmata – mahasiswa Sekolah Tinggi Bibelvrouw]