Selasa 7 Agustus 2018 bertempat di Kampoeng Percik Salatiga, Bawaslu RI bekerjasama dengan Yayasan Percik-Salatiga menyelenggarakan sebuah kegiatan “Festival Lintas Iman : Pemilu Tentrem, Rakyat Ayem”. Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai bagian dari lembaga penyelenggara pemilu yang khusus bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, berkewajiban untuk melaksanakan pengawasan di semua pemilu secara keseluruhan. Sesuai amanat Undang-undang, Bawaslu RI mempunyai fungsi pengawasan dalam persiapan pelaksanaan Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden Tahun 2019 sehingga berjalan lancar, aman, dan damai. Untuk itu, Bawaslu membutuhkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat dalam menciptakan pemilu yang aman dan damai. Bawaslu juga memandang perlu untuk menggalang dukungan dari elemen-elemen strategis masyarakat, salah satunya adalah komunitas agama. Kerjasama dengan komunitas agama ini relevan dengan kondisi politik terkini yang dipenuhi ujaran kebencian dan hoax yang bermuatan isu SARA. Komunitas agama dipandang mempunyai potensi besar untuk membawa pesan-pesan damai yang berlandaskan perspektif teologis masing-masing agama. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi Bawaslu RI menyelenggarakan acara “Festival Lintas Iman: Pemilu Tentrem, Rakyat Ayem”. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah (1) Menumbuhkan kesepahaman seluruh komunitas agama untuk menciptakan Pemilu 2019 yang aman dan damai; (2) Menumbuhkan kesadaran untuk seluruh komunitas agama menangkal hoax dan ujaran kebencian yang bermuatan isu SARA; (3) Menumbuhkan kesadaran untuk berpartisipasi dalam melakukan pengawasan pemilu. Sedangkan sasaran kegiatan ini adalah membangun komitmen komunitas seluruh agama di Kota Salatiga untuk menciptakan Pemilu Damai di Tahun 2019.
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk talkshow serta dimeriahkan oleh berbagai jenis kesenian yang menggambarkan keragaman budaya Indonesia ini digelar dengan konsep outdoor berada di ruang terbuka diantara pepohonan yang rindang di Kampoeng Percik. Dalam kegiatan ini mengundang kehadiran berbagai pihak pemangku kepentingan di Kota Salatiga, seperti pemerintah daerah, DPRD, kepolisian, kodim, pengadilan negeri, kejaksaan negeri, KPU-Komisi Pemilihan Umum, kemenag, perwakilan berbagai komunitas agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu), media massa, tokoh masyarakat, Panwaslu dan Bawaslu RI.
Alunan musik gambus rebana yang dibawakan oleh kelompok JQH-Al Furqon melantunkan lagu-lagu bernuansa Islami bermuatan pesan-pesan perdamaian mengawali kegiatan ini. Selanjutnya, petugas MC menyampaikan salam pembuka Assalamualaikum wr.wb, Salam sejahtera untuk kita semua, Om Swasti Astu, Namo Buddhaya, Wi tek tong tien, dan Berkah Dalem sebagai wujud penghormatan terhadap komunitas lintas iman yang hadir dalam acara tersebut. Sepanjang acara, berbagai kesenian budaya yang menggambarkan keragaman budaya negeri tampil memeriahkan kegiatan festival lintas iman itu. Sebuah tarian belibis yang yang dibawakan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Agama Budha (STIAB) Smaratungga, Ampel yang menggambarkan kasih sayang Siddharta, sebagai tokoh agama Budha, kepada sesama mahkluk hidup ikut menyemarakkan kegiatan saat itu. Demikian juga Sobat Muda, yang merupakan komunitas lintas iman pemuda menampilkan pembacaan puisi berjudul Bhineka Tunggal Ika. Tak kalah menarik adalah penampilan ibu-ibu yang tergabung dalam Vocal Group dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga menyanyikan lagu berjudul “Endahe Saduluran dan Kasih”. Begitu juga penampilan barongsai yang dimainkan oleh siswa-siswi SMP Stella Matutina sangat menarik perhatian penonton.
Acara pembukaan diawali dengan hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mendengarkan lagu Mars Bawaslu. Feizal Rachman (Kabag. Sosialisasi Bawaslu) menyampaikan bahwa Bawaslu menyelenggarakan rangkaian festival pengawasan lintas iman di lima daerah, yaitu Kota-kota Ambon, Singkawang, Jombang, Denpasar, dan Salatiga. Pilihan daerah-daerah itu didasarkan pada sejumlah pertimbangan, seperti penyelenggaraan di Ambon untuk mengingatkan persaudaraan lintas iman. Jombang dipilih karena untuk mengingat nilai-nilai toleransi yang disampaikan oleh Gus Dur. Singkawang karena sebuah permintaan dari MATAKIN. Bali untuk mewakili komunitas PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia). Dan, Salatiga karena terdapat sebuah lembaga yang bersama-sama Bawaslu memberi perhatian dan mengawal pemilu yang lebih baik. Salatiga juga menjadi salah satu kota toleran di Indonesia, sehingga berharap nilai-nilai toleransi bisa menyebar ke seluruh Indonesia. Senada dengan itu, Setyo Handoyo yang saat itu mewakili Kepala Kampoeng Percik menyampaikan bahwa Percik sebagai bagian dari Salatiga mendorong kemajemukan dan toleransi. Sejarah panjang Salatiga telah membuktikan bahwa tidak pernah terdapat huru hara yang terjadi karena perbedaan pilihan berdasar identitas keagamaan. Sebab warga Salatiga menerapkan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Sejak tahun 1999, Percik telah memberi perhatian kepemiluan, antara lain melalui pemantauan, pendidikan pemilih, dan penelitian. Oleh karena itu, kegiatan “Festival Pengawasan Lintas Iman” kali ini disambut Percik dengan sangat baik. Percik juga menginisiasi komunitas lintas iman yang disebut Sobat, sebagai upaya menyemai kerukunan lintas iman sejak anak-anak, remaja, dan orang tua. Artinya penghargaan terhadap perbedaan itu dilakukan melalui proses yang panjang. Sementara itu, Rahmat Bagja (Anggota Bawaslu Divisi Penyelesaian Sengketa) menyampaikan pentingnya agar orang memberi perhatian pada pemilu. Demikian juga pengawasan lintas iman perlu diupayakan agar semua masyarakat bisa mengawasi dan tidak memberi toleransi terhadap praktik politik uang dan politik SARA. Untuk itulah peran dan bantuan dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan dalam menghasilkan pemilu yang damai dan tenteram. Selanjutnya, doa pembukaan disampaikan secara Islam oleh petugas.
Dalam testimoni pemilu damai para tokoh agama menyampaikan bahwa Salatiga adalah sebuah kota toleran yang selama ini menjaga ketenteraman. Untuk itu, para tokoh agama mengharapkan Pemilu 2019 berjalan dengan damai, tenteram, jujur dan adil. Para tokoh agama hendaknya menyampaikan kotbah-kotbah yang berisi kebaikan dan kesejahteraan umat dan bukannya bermuatan provokatif. Demikian juga calon pemimpin termasuk calon legislatif dalam kampanyenya lebih mengedepankan visi-misi dan programnya untuk membahani rakyat dalam memilih.
Lebih lanjut dalam talkshow yang mengangkat topik “Pemilu Tentrem, Rakyat Ayem. Dari Kota Salatiga Kita Ciptakan Komitmen Pemilu Damai 2019” menampilkan beberapa narasumber seperti Rahmat Bagja (Bawaslu RI), Hery Wibowo (Percik Salatiga), Jeirry Sumampouw (Komite Pemilih Indonesia), dan KH. Nur Rofig (Ketua FKUB-Forum Kerukunan Umat Beragama Salatiga). Talkshow ini dimoderatori oleh Singgih Nugroho (Percik-Salatiga). Permasalahan-permasalahan pemilu yang hingga saat ini masih perlu mendapatkan perhatian bersama antara lain menyangkut pendataan pemilih, netralitas, politik uang, dan politik SARA. Pendapat para tokoh juga masih menjadi rujukan bagi sebagian warga masyarakat, oleh karena itu tokoh-tokoh tersebut hendaknya menyampaikan hal-hal yang menyejukkan. Tokoh agama memiliki peran untuk turut mengkampanyekan anti politik SARA sebab pencegahan lebih baik. Masyarakat bisa mengambil peran sebagai pemantau. Pemilu bukan saja urusan menang dan kalah sehingga sebaiknya pemilih tidak terhegemoni dalam urusan menang dan kalah. Pemilu juga memerlukan pembiayaaan yang sangat mahal, sehingga diharapkan tidak terjadi Pemungutan Suara Ulang (PSU).
Festival lintas iman ini ditutup dengan doa secara Budha dan Konghucu, yang kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon perdamaian di Kampoeng Percik.