Kehidupan anak-anak saat ini memang semakin terkotak-kotak. Sebagian mereka belajar di sekolah-sekolah yang lingkungan pertemanannya memiliki latar belakang dan karakteristik yang hampir sama, misalnya sama dalam hal agama atau etnis. Pengalaman bertemu dengan anak-anak yang lebih beragam pun semakin jarang. Padahal, bertemu dengan teman-teman dari komunitas yang berbeda adalah kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain, sehingga akhirnya menumbuhkan rasa saling menghargai dan menghormati.
Dalam rangka Hari Anak Nasional (HAN) yang selalu diperingati setiap tanggal 23 Juli, para fasilitator Sobat Anak (sebuah gerakan lintas bagi anak-anak/remaja) menyelenggarakan pendidikan multikulturalisme bagi anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dibingkai dalam kegiatan kemah Sobat Remaja Salatiga dan sekitarnya. Kemah lintas iman yang diselenggarakan pada tanggal 28-29 Juli 2018 (menyesuaikan jadwal libur sekolah) melibatkan komunitas anak-anak di Salatiga dan sekitarnya, termasuk komunitas belajar anak, komunitas gereja, dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Sekitar 30 anak diajak bermain dan belajar bersama dalam kegiatan yang diselenggarakan di Kampoeng Percik yang bernuansa alam dan rumah-rumah adat Jawa.
Belajar Mengenal Diri dan Hubungan Sehat diantara Anak-anak/Remaja
Momen ini sekaligus dipakai untuk memberikan materi tentang pengenalan diri dan mengupayakan hubungan yang sehat di kalangan anak-anak/remaja termasuk didalamnya pendidikan seksual bagi anak-anak, mengingat maraknya tindakan pelecehan seksual terhadap anak. Margaretta Erna Setianingrium (Erna), dosen di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga menjadi fasilitator dalam sesi ini.
Anak-anak usia SMP sebenarnya telah mulai masuk pada masa remaja. Erna mengatakan bahwa “masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan tantangan dan harapan.” Oleh sebab itulah, penting bagi remaja untuk mengenali dirinya sendiri.
Seorang peserta misalnya mengaku bahwa setelah mengikuti sesi ini dirinya menjadi lebih tahu bahwa dia adalah anak yang sebenarnya suka berempati kepada orang lain, meskipun kadangkala dia mudah tersinggung. Dia juga mengatakan bahwa capaian yang paling menyenangkan yang pernah didapatkannya adalah menjadi seorang juara kelas.
Selain itu, fasilitator juga mengajak para peserta membangun hubungan pertemanan yang sehat, baik itu di dunia nyata maupun dunia maya. Dalam hal ini beberapa anjuran kepada remaja antara lain adalah tidak berpacaran terlalu muda, bergaul dengan seusia, mencoba mengenali banyak orang, dan menetapkan batasan kepada diri.
Anak-anak tampak antusias mengikuti setiap sesi kegiatan kemah. Dalam setiap sesi dikemas oleh fasilitator dengan menggembirakan. Dipta, seorang peserta mengatakan ini adalah pengalamannya yang tidak terlupakan, “pengalaman ini membuatku senang karena aku bertemu dengan teman-teman yang berbeda.”
Kegiatan yang mengambil tema “Perbedaan itu Indah” ini telah menjadi ruang bagi anak-anak usia SMP dari berbagai latar belakang agama dan budaya untuk saling bertemu dan belajar bersama menghargai keberagaman di lingkungannya.