Live In Sobat Muda 2023 “Memayu Hayuning Bawana: Peningkatan Pemahaman Moderasi dan Kerukunan Beragama serta Membangun Kedekatan dengan Alam”

Forum Sobat Muda Kembali dilaksanakan pada tanggal 25-26 Agustus kemarin. Percik  Bersama dengan Gereja-gereja Kristen Jawa Klasis Salatiga Bagian Selatan Dan Utara kali ini sebagai insiator dalam pertemuan tersebut. Berbagai komunitas, organisasi, dan Lembaga lainnya ikut memeriahkan pertemuan yang diselenggarakan di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang, tepatnya pada Pondok Pesantren Al Falah. Tercatat ada sekitar 21 lembaga dan organisasi yang mengirim delegasi dalam kegiatan Sobat Muda tahun 2023 ini. Bila di Total ada sekitar 90 pemuda-pemudi dari berbagai latar belakang agama dan etnik yang bertemu dalam forum Sobat Muda kali ini.

Dalam susunan acara yang memiliki tema Memayu Hayuning Bawana: Peningkatan Pemahaman Moderasi dan Kerukunan Beragama serta Membangun Kedekatan dengan Alam, peserta diajak untuk berdiskusi mengenai permasalahan alam yang dilihat melalui paradigma keagamaan. Pada sesi ini, diskusi dipantik oleh tiga orang narasumber yang masing-masing menjelaskan mengenai pengertian etika lingkungan berdasarkan; agama Budha, Kristen, dan Islam. Diskusi terlihat begitu hidup antara sesama peserta maupun pemateri. Beberapa kali peserta melemparkan pertanyaan kepada pemateri terkait peranan agama dalam menjaga alam. Tingginya antusiasme peserta diskusi membuat 90 menit waktu yang diberikan pada sesi ini terasa begitu cepat berlalu.

Sehabis sesi diskusi peserta kemudian diarahkan untuk membuat sebuah kelompok yang nantinya kelompok itu akan melaksanakan sebuah pentas seni sederhana dengan menampilkan sebuah karya-karya kreatif dan inovatif. Hanya butuh waktu kurang dari 4 jam, para peserta berhasil  menampilan berbagai bentuk seni seperti, drama, puisi, tarian tradisional, maupun modern. Keharmonisan para peserta sungguh terjalin didalam sesi ini. Tidak peduli apa agamanya, darimana asalnya, apa sukunya, semuanya saling bahu membahu dalam merancang konsep penampilan apa yang akan ditampilkan. Canda tawa para peserta seakan menggambarkan betapa indahnya ke bhinekaan yang dimiliki oleh Indonesia.

Tepat pukul 23.00 WIB, peserta diarahkan untuk tidur. Menariknya para peserta dibiarkan tidur bersamaan dalam satu bilik, sesuai dengan jenis kelamin. Bila laki-laki maka semua akan tidur bersama beralaskan matras alakadarnya, begitu juga dengan perempuan. Dengan demikan diharap akan timbul sebuah perasaan inklusifitas antara peserta. Tidak ada rendah atau tinggi, semua sama dan setara. 

Pagi harinya, setelah mandi dan sarapan, para peserta diajak untuk mengunjungi sebuah Pesantren yang terletak di Desa Timpik, Dusun Timpik, Kecamatan Susukan. Dengan menggunakan Pickup peserta diangkut menuju pesantren. Setelah menempuh waktu sekitar 10 menitan, pickup yang ditumpangi para peserta sudah terparkir di depan halaman Pondok Pesantren yang memiliki nama Al Mustaqim. Rombongan peserta kemudian disambut oleh KH. Ismail yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren  serta Mas Rosyid sebagai lurah Pondok.  Dalam sambutan beliau, dijelaskan pula latar sejarah nama Al Mustaqim, profil Yayasan, dan jumlah santri yang mendiami Pondok tersebut.

Setelah berbicang-bincang cukup Panjang, Mas Rosyid kemudian mengajak para peserta untuk berkeliling memasuki lingkungan pesantren. Peserta memasuki satu persatu kamar yang dihuni para santri, melihat aktivitas sehari para santri, dan masuk kekelas untuk berkenalan dengan siswa-siswa disana. Walau dalam suasana terik, tidak meredupkan semangat peserta untuk mengenal Pesantren Al Mustaqim. Setelah puas berkeliling para peserta kemudian diantarkan Kembali ke Pesantren Al Falah dengan menggunakan moda yang sama yaitu Pick up.

Sesampainya di Pesantren Al Falah, para peserta disuguhkan makan siang sebelum melanjutkan sesi berikutnya. Sesi ini diberi nama Jendela refleksi, dimana para peserta dibagi dalam beberapa kelompok yang kemudian kelompok ini diarahkan untuk membuat sebuah refleksi mengenai kegiatan sobat muda kali ini disebuah kertas. Refleksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleksi kelompok dan refleksi indivu. Setelah selesai menyelesaikan tulisan mereka, maka kertas  tersebut di tempelkan di sekitaran jendela ruangan. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil refleksi mereka kepada peserta lainnya. 

Setelah sesi ini berakhir, para peserta kemudian diarahkan  berkumpul untuk merembukkan dan memilih siapa diantara mereka yang mau dan mampu untuk menjadi kordinator dalam Sobat Muda 2023. Tidak perlu menghabiskan waktu yang lama, para peserta sudah memutuskan siapa kordinatornya. Sesi ini menjadi sesi  terakhir bagi peserta. Kemudian secara keseluruhan acara Sobat Muda 2023 ditutup dengan foto bersama.

Sobat muda telah menjadi Pionir dalam mempertemukan generasi muda lintas iman, namun apakah kegiatan Sobat Muda telah berkontribusi menciptakan sebuah generasi muda yang memiliki kepekaan terhadapa toleransi maupun memiliki jiwa yang inklusiv. Dan jikapun iya apakah kegiatan Sobat muda masih relevan dihadirkan untuk dimasa yang akan datang. Ini menjadi pertanyaan yang penting bagi kita yang menggumuli permasalahan-permasalahan lintas iman

Tentang Penulis

Berita lainnya